15 Bea Siswa di universitas Adelaide

The International Postgraduate Research Scholarship (IPRS) adalah badan yang berada dalam naungan Pemerintah Persemakmuran dan Kementerian Pendidikan memberikan beasiswa kepada mahasiswa khususnya pasca sarjana.

Hanya akan ada 15 beasiswa untuk tahun 2012. Fasiltas yang di dapat oleh mahasiswa adalah tunjangan hidup sebesar USD 22,860 (memakai kisaran nominal tahun 2011) untuk durasi normal program, dengan catatan calon penerima beasiswa harus memegang setidaknya setara dengan gelar Honoris kelas pertama yang ada di Australia.

Durasi pendidikan untuk penerima beasiswa ini, dua tahun untuk program master dan tiga tahun untuk program doktoral. Batas akhir pengiriman aplikasi permohonan beasiswa adalah 31 Agustus 2011 dan pada bulan November akan di umumkan para penerima beasiswa.

Keterangan lebih lanjut dan formulir bisa dilihat di laman Universitas Adelaide yang beralamat : www.adelaide.edu.au

Bosan Ditanya "Kapan Menikah" Begini Jawabanya

Kalau di antara kalian yang masih single alias jomblo padahal umur sudah “oke” dan status situasi dan kondisi juga “oke”, pasti kalian sudah sering kali mendengar pertanyaan seperti, “Kok belum kawin, sih?” atau “Kapan kawin?” atau “Kamu sih, pilih-pilih!”. Huugh… kadang pertanyaan seperti itu bikin diri jengkel.
Mungkin yang bertanya tidak bermaksud menyinggung perasaan anda, karena itu memang pertanyaan standar yang akan dilontarkan orang ketika sudah lama tak bertemu. Nah… Daripada stres karena mendapat pertanyaan yang itu-itu saja, lebih baik Anda mencoba menjawabnya dengan cara yang berbeda. Entah itu dengan mengutarakan pandangan anda tentang pernikahan atau menanggapinya dengan becandaan saja, yang penting jawablah dengan tenang namun tetap percaya diri.

Berikut beberapa contoh jawaban yang bisa anda berikan :


“Belum ketemu yang seiman. Kalau sudah seiman pun, belum tentu langsung cocok, kan?”

Jawaban ini akan membuat yang bertanya respect terhadap kondisi anda. Bahwa, menemukan pasangan yang seiman adalah prinsip anda, dan ini jauh lebih elegan daripada menikahi siapa saja karena sudah didesak untuk menikah.

“Yah, gimana dong, dulu aku terlalu lama menghabiskan waktu dengan orang yang salah. Sekarang, aku lagi sibuk-sibuknya. Tapi aku tetap mencari, kok!”

Jawaban ini menunjukkan bahwa anda bersikap realistis dengan kondisi anda yaitu anda terlihat percaya diri, namun tetap rendah hati. Setiap orang pernah berbuat kesalahan, dan anda ingin memperbaikinya.

“Kalau aku tahu jawabannya, mungkin aku sudah menikah sekarang dan kamu jadi patah hati!”

anda bisa mengatakan hal ini jika yang bertanya seorang yang berlawanan jenis dengan anda dan ternyata anda merasa tertarik padanya. Bila ia juga masih single, bukan tak mungkin jawaban ini akan membuka peluang baginya untuk nantinya membuka hubungan dengan anda.

“Ah, senang juga kok, tetap melajang. Nggak ada yang melarang kalau mau keluar kota, dan nggak perlu kompromi soal apapun.”

Anda menunjukkan bahwa menjadi lajang tak selamanya merugikan atau memalukan. Namun, sampaikan jawaban itu dengan ekspresi yang meyakinkan. Bila tidak, anda hanya akan dianggap menghibur diri, atau bersikap defensif. Kalau anda memang masih menikmati kehidupan lajang, kalimat ini menjadi cara yang baik untuk menjawab pertanyaan.

“Aku masih mencari sesorang yang beruntung akan mendapatkanku….”
Wow… great answer, great sense of humour! Berikan senyumanmu yang paling menawan, dan tunjukkan kepribadian anda yang menyenangkan. Jawaban ini juga membuat si penanya sadar bahwa perempuan tetap harus mencari pria yang baik dan dapat diandalkan, karena Anda pun punya kualitas yang sama. Hanya karena masih single, tak berarti desperate.

“Aduh, belum ketemu yang cocok nih! Cariin, dong!”

Nah, ini jawaban yang akan menguntungkan Anda. Bila Anda memang cukup sibuk sehingga tak terlalu sering meluangkan waktu senggang bersama teman-teman, yang bertanya akan merasa tergerak untuk mengenalkan Anda dengan teman-temannya. Bahkan, Anda mungkin bisa mendapat kenalan lebih dari satu.

“Ya, jelas harus pilih-pilih dong! Kalau tiba-tiba dia ternyata teroris gimana?”

Ini juga jawaban yang asyik, karena Anda menanggapi tuduhan “pilih-pilih” tadi dengan humor. Jikalau anda wanita, sebagai perempuan Anda memang harus memilih pria yang mampu mendampingi Anda seumur hidup. Dan ini tak mungkin dicapai bila Anda tergesa-gesa memutuskan pria yang ingin Anda nikahi. Tentu, pilih-pilih yang dimaksud bukan “pilih yang ganteng, jangkung, kaya, atau terkenal”.
Sekali lagi, apapun jawaban yang Anda berikan, Anda harus percaya dengan apa yang Anda katakan. Bila Anda “membaca” bahwa percakapan itu akan berlarut-larut, segeralah mengganti topik pembicaraan. Ini memperlihatkan bahwa Anda tak bisa diatur olehnya. Lagipula, kalau yang bertanya itu tergolong orang yang usil atau suka mengurusi orang lain, tak ada gunanya meladeninya.

sumber : klik disini

Arti Sebuah Perjuangan

ARTI SEBUAH PERJUANGAN

berikut Ini adalah cerita tentang kisah sesorang yang memaknai sebuah perjuangan dalam hidupnya.

Nama saya Eko Ramaditya Adikara (Rama). Saya seorang tunanetra yang sudah tak dapat melihat dunia sejak lahir. Artinya, banyak sekali hal-hal dalam hidup ini yang tak dapat saya kerjakan karena tidak berfungsinya mata saya.

Namun, alhamdulillah. Hal tersebut tidak menjadikan saya manusia yang menyerah dalam berjuang hidup. Bagi saya, perjuangan hidup adalah ketika kita mampu bersyukur, lalu mengenali siapa diri kita, termasuk kelebihan serta kekurangannya.

Dalam berjuang hidup, saya memanfaatkan kelebihan yang telah Allah berikan. Konsentrasi yang bagus, kemampuan fokus yang tajam, serta kecakapan dalam bergaul adalah salah satu di antaranya.

Demikian pula dengan kekurangan yang saya miliki. Menyadari bahwa saya tidak dapat melihat menjadikan saya kreatif untuk dapat menyiasatinya. Tidak dapat melihat film atau membaca buku, maka saya gunakan indera pendengaran untuk mendengar film dan mendengar buku-buku yang telah diubah bentuknya menjadi audio, serta contoh-contoh lain.

Intinya, dalam berjuang hidup, saya percaya bahwa keberhasilan dalam perjuangan tersebut tidak murni ditentukan oleh seberapa besar kelebihan atau kekurangan yang kita miliki, tapi seberapa besar niat dan usaha kita untuk memanfaatkan kelebihan dan menyiasati kekurangan yang kita miliki. Semua itu, tentu saja, bersumber dari nilai-nilai ketuhanan yang menjadi pondasi utama kehidupan saya.

Ucapan terima kasih saya yang sebesar-besarnya pada Pak Walneg Jas yang telah mengajak saya bergabung dalam komunitas yang penuh nilai-nilai positif ini.

http://www.youtube.com/watch?v=ZI6GlYBCT0w


Salam Positif,
Ramaditya Adikara
sumber Klik disini

Mengenal Tipe Sahabat Ibarat Lomba Lari

Mengenal Tipe Sahabat Ibarat Lomba Lari

Berbicara mengenai kehidupan, maka tidak akan terlepaskan dari pembahasan mengenai orang-orang yang kita temui dan berinteraksi dengannya. Ada orang yang baru kita kenal, ada orang yang hanya sekadar kebetulan bertemu, ada teman sekolah, rekan kerja bahkan ada sekelompok orang yang sudah kita persepsikan sebagai sahabat. Persepsi itu terbentuk entah karena kita sudah merasa cocok dengannya, entah karena pernah ada kebaikan dan pengertian darinya atau entah karena faktor lainnya.
Namun, jika kita coba telaah lebih dalam, tidak jarang pula kita mendengar dan mengalami kondisi dimana orang-orang yang terkadang sudah kita golongkan sahabatlah yang justru membuat hati kita sempat sedih, kepala kita sempat tergeleng-geleng bahkan logika kita tak pernah bisa menerima perbuatan dan perlakuannya. Menghadapi kondisi yang demikian, maka janganlah kita bersedih dan putus asa, jangan pula kita merasa menyesal pernah bersahabat dengan mereka. Tetaplah positif dan bertahanlah dengan keihklasan, bahwa semua itu tentu sudah ada jalan yang mengaturnya. Karena ternyata, sahabat itu pun ada jenisnya dan dapat digolongkan menjadi beberapa golongan.
Saya mengingatnya dengan istilah "Tipe Sahabat Ibarat Lomba Lari", dimana kita mengenal beberapa jenis lomba lari seperti berikut ini:
1. Sahabat tipe Lari Sprint 100 Meter.
Sesuatu yang berlangsung sangat cepat, memerlukan energi sesaat yang luar biasa pengaruhnya serta cepat pula usai dan jelas siapa juaranya. Sahabat jenis begini, biasanya datang dan pergi ibarat kilat, cepat dan gampang pula menghilangnya. Kita terkesima dengan intensitas hubungan yang dilakukannya, tetapi rupanya hanya untuk sekejap, ketika kita sedang bersemangat maka di saat itu pulalah dia menghilang dan tak jelas rimbanya.
2. Sahabat tipe Lari Maraton 10K Durasinya lumayan panjang meskipun tetap saja ada batas waktu yang tidak terlalu lama. secara perlahan tapi pasti energi berhubungan itu menaik dan semakin cepat, dengan irama dan dinamika yang kurang lebih sama alias monoton, akhirnya harus sampai juga ke garis finish dan belum tentu akan bisa terulang lagi momen yang sama dimasa mendatang. Entah karena monoton atau jarak yang masih belum cukup panjang, hubungan itu dapat hilang di tengah jalan.
3. Sahabat Lari Estafet
Hanya membutuhkan atau dibutuhkan saat tertentu dan pada jalur dan periode tertentu pula. Setelah itu, orang lainlah yang akan melanjutkan jalinan hubungan tersebut, entah akan sampai atau tidak, tak bisa dikontrol lagi apakah tetap dijalur atau sudah keluar, yang pasti saya hanya membutuhkan dan dibutuhkan ini sedangkan dia hanya membutuhkan dan dibutuhkan itu. Sahabat seperti ini, hanya akan nongol saat ada kesenangan dan akan pergi saat ada kesusahan atau keprihatinan.
4. Sahabat Lari Triatron Disinilah mungkin yang namanya ujian persahabatan teruji dan dijalani, ada masanya berjalan di daratan dan ada masanya berjalan di air. Ada waktu dimana harus kencang tapi ada masa juga dimana harus diperlambat. Dinamika dalam suka dan duka pun dilewati untuk satu tujuan yaitu sebuah perjalanan dan perjuangan sejati. Tidak hanya mau ikut disaat senang, tetapi juga akan berhamburan dimasa sulit. Berkering-keringan ria atau berbasah-basah ria, semuanya dilalui dengan senang hati. Dimanakah tipe Anda sebagai seorang sahabat & dimana pula tipe orang-orang yang Anda anggap sahabat?.

Salam Positif,
Walneg S. Jas-
Motivator Keluarga Indonesia

sumber Klik Disini

BUDAYA MUNDUR MULAI MUNCUL?


Kemaren saya menemukan hal yang tak lazim pada pemberitaan di salah satu media cetak nasional. Bahwa diberitakan salah satu direktur di perusahaan besar menyatakan mundur alias meletakkan jabatan karena merasa tidak mampu dalam mengemban amanah (bahasa bisnisnya-target) yang diberikan oleh pucuk pimpinan perusahaan kepadanya. Kenapa saya katakan tak lazim?, karena biasanya pemberitaan media kita malah diramaikan dengan hal-hal sebaliknya. Sering kita membaca, mendengar bahkan menonton berita seorang pejabat baik pemerintahan maupun swasta malah sudah didemo, dihujat dan disindir-sindir agar segera mengundurkan diri atas ketidak berhasilannya, namun tak kunjung meletakkan jabatan. Bahkan di beberapa kasus, sudah jelas-jelas salah dan gagal, malah beliau berusaha untuk mencari alasan yang logis dan bisa dikambing hitamkan sebagai tameng untuk tidak tergusur dari jabatannya.

Budaya mundur memang masih langka dan sangat mahal sekali untuk terjadi di negeri yang kita cintai ini. Namun, kita tidak perlu berhenti berpikir positif, mudah-mudahan akan datang masa dimana secara perlahan tapi pasti,gerakan konsekuen, gentlement dan berani bertanggung jawab itu akan semakin muncul dan terdengar dari satu individu ke individu berikutnya, dari satu kota ke kota lain dan dari satu kejadian ke peristiwa lainnya. Salut dan respek kita untuk beliau yang diberitakan kemaren, terlepas dari ada apa persisnya kejadian yang mendahuluinya.

Jika, suatu ketika kita diberikan amanah untuk memimpin dan menangani portofolio usaha, manusia atau aset yang besar dan pada saat kepemimpinan kita tersebut ada suatu peristiwa besar yang menyebabkan kerugian materil dan non materil yang luar biasa, atau menyebabkan rasa tidak nyaman dan tidak senang orang banyak, maka jauh akan lebih terhormat bagi kita untuk mengatakan "Maaf, saya sudah berusaha tetapi tidak bisa mencapai, dan karenanya saya akan mundur mulai saat ini".


Salam Positif,
Walneg S. Jas-Motivator Keluarga Indonesia
sumber Klik Disini

PANTASKAH KITA MENGELUH?

Akhir pekan yang lalu saya menonton sebuah tayangan berita siang di salah satu stasiun televisi swasta nasional. Mereka mengangkat berita tentang komunitas penyandang penyakit tallasemia, penyakit keganjilan pada sel darah manusia, sehingga mengakibatkan kondisi fisik bisa melemah dan mengharuskan mereka yang positif terkena untuk secara rutin setiap bulan melakukan transfusi darah sebagai upaya untuk bertahan hidup. Saya tertegun seketika, saat mendengar reportase-nya dan menonton banyak sekali anak-anak yang diantar oleh orang tuanya ke rumah sakit untuk menjalani proses transfusi darah sebagai salah satu agenda wajib keluarga yang harus dilakukan. Dan, tanpa saya sadari, air mata saya mengalir pelan di pipi saat menyaksikan dua kejadian yang mengharukan dan sangat menyentuh saya. Kejadian pertama yaitu seorang ibu menuturkan cobaan yang ditanggungnya saat ini, dimana dia punya 2 orang anak dan kedua-duanya menderita penyakit tallasemia. Dan kejadian kedua, seorang perempuan muda (kalau tidak salah bernama shinta) tengah bernyanyi bersama rekan-rekannya, layaknya sebagai seorang penyanyi professional meskipun dia dihinggapi penyakit tallasemia. Setelah bernyanyi dia diwawancarai, rupanya dia sedang hamil dan berharap bayinya nanti tidak ikut terkena penyakit tallasemia pula.

Tahukah Anda bahwa mereka ini setiap hari berhadapan dengan teka-teka besar, apakah usianya, usia anaknya bisa berlanjut atau tidak?. Konon, besar sekali resiko mereka yang positif terkena penyakit tallasemia ini, mereka tidak bisa menduga berapa lama lagi mereka bisa diperkenankan hidup dan mencicipi indahnya dunia ini. Sang ibu yang memiliki dua anak pengidap tallasemia hanya bisa pasrah, berserah diri kepada Tuhan sambil bertanya kapan kesembuhan itu bakal datang?. Bahkan dia tidak pernah memperhitungkan lagi berapa besar biaya yang sudah dikeluarkan untuk transfusi darah setiap bulannya bagi kedua anak tercintanya. Sang calon ibu (Shinta) malah nekat untuk segera menikah walaupun dengan resiko melahirkan yang sangat tinggi, hanya karena ingin memaksimalkan kegiatan dan ikhtiar semasa hidupnya, guna ada keturunan akan akan meneruskan mimpi dan cita-cita kehidupannya. Singkat kata, tiap hari mereka harus menghadapi cobaan berat itu, dan setiap hari pula mereka harus mencoba menghibur diri, membesarkan hati untuk beraktivitas layaknya manusia biasa yang tak kena penyakit serius seperti mereka. Mereka berjuang menghadapi penyakit, mereka berusaha menyiapkan dana yang besar untuk transfusi dan mereka pun punya keterbatasan dalam gerakan dan aktivitas, walau mereka punya cita-cita dan keinginan yang sama besarnya dengan orang lain yang normal. Dari raut muka mereka terpancar sinar keikhlasan, semangat dan pikiran positif dalam menjalani kehidupan yang telah ditakdirkan oleh Sang Maha Pencipta.

Sementara itu, di luar sana banyak sekali manusia yang terlahir dengan kondisi normal bahkan nyaris sempurna secara fisik dan kesehatan (mungkin termasuk Anda dan saya juga?), kita saksikan banyak sekali mereka mengeluh dan tidak puas dengan apa yang mereka dapatkan saat ini. Sang istri sering tidak puas dengan suami atau dengan pendapatan yang dibawa oleh suami pulang ke rumah, sebaliknya suami sering mengeluh akan keberadaan istri yang telah dinikahinya. Orang tua pusing dan geleng-geleng kepala atas prestasi akademik anaknya yang tidak sesuai dengan harapannya. Seorang staf di perusahaan memilih tidak berangkat kerja karena merasa sudah malas dan tidak punya motivasi karena tidak puas dengan kompensasi yang diberikan oleh perusahaannya. Pasangan muda-mudi sering berpisah dan gagal di tengah jalan karena masih tidak puas dengan orang yang direncanakannya untuk menjadi pendamping hidupnya. Pedagang tidak puas dengan hasil jualannya hari ini. Intinya, kita sering terjebak dalam ketidakpuasan dan sering memikirkan tentang apa yang kita tidak miliki. Dan, kita tidak pernah fokus kepada apa yang telah kita miliki.

Andai saja Anda menonton tayangan yang saya sebutkan tadi, pantaskah kita yang sekarang diberikan sehat dan kelengkapan fisik ini untuk mengeluh?.

Salam Positif,
Walneg S. Jas-Motivator Keluarga Indonesia
sumber : Klik disini

Kisah Tukang emas yang tahu harga emas

Seorang pemuda mendatangi Zun-Nun dan bertanya, “Guru, saya tak mengerti mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk banyak tujuan lain.”

Sang sufi hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata, “Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?”

Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu, “Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu.”

“Cobalah dulu, sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil.”


Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali ke padepokan Zun-Nun dan melapor, “Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak.”

Zun-Nun, sambil tetap tersenyum arif, berkata, “Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian.”

Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor, “Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas.

Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar.”

Zun-Nun tersenyum simpul sambil berujar lirih, “Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi sobat muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya “para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar” yang menilai demikian. Namun tidak bagi “pedagang emas”.

Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses, wahai sobat mudaku. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas.”

oleh : Dias Krisnapati
Sumber : Klik

Mutiara Islam

Didalam hidup ini ada 2 (dua) macam kedhaliman. Kedhaliman yang dimaksud adalah :
1. Kedhaliman dalam hal Ilmu

2. Kedhaliman dalam hal Harta
Yang dapat menyelamatkan dari Kedhaliman Ilmu adalah dengan Ibadah (mengamalkan ilmu) tersebut, sedangkan yang dapat menyelamatkan dari Kedhaliman Harta adalah dengan bersikap zuhud terhadapanya.


dari Ad Daqqaq, Barang siapa mengingat kematian, akan mendapatkan anugrah 3 perkara
  1. Bersegera bertaubat
  2. Ketenagan dan ketetraman hati
  3. Semangat untuk beribadah
sebaliknya barang siapa yang melupakan kematian, maka akan dihukum dengan 3 (tiga) perkara Juga, Yaitu :
  1. Menunda-nunda Taubat
  2. Kegelisahan dan kegundahan Hati
  3. Rasa malas untuk beribadah

salah seorang ahli hikmah mengatakan bahwa Ilmu yang paling baik adalah ilmu yang bermanfaat dan sesungguhnya Allah Subhaanahu wata'ala memberikan manfaat ilmu kepada orang yang mengetahuinya kemudian mengamalkannya. DIA tidak memberikan manfaat kepada orang yang mengetahuinya tapi meninggalkannya ( tidak mengamalkannya)

BERSYUKUR 3 LAPIS


Bapak/Ibu Yang Positif,

Beberapa minggu yang lalu, saya sempat melakukan 3 kali sholat Jumat di salah satu mesjid besar di kawasan Bintaro karena memang sedang ada pekerjaan konsultansi sales & distribusi di salah satu perusahaan yang berkantor di kawasan Bintaro. Ketika bersholat Jumat di sana, dua kali saya menemukan fenomena yang belum pernah saya lihat selama hidup saya sebelumnya. Apa yang saya lihat?, adalah seorang Bapak berumur di atas 50 tahun sedang khusuk mengikuti khotbah dengan selang udara menempel di kedua lobang hidungnya dan selang tersebut tersambung dengan rapi ke dalam tas seperti traveling bag hitam.

Saat pertemuan pertama saya kaget dan agak sedikit bingung, Bapak itu terlihat duduk biasa dan tampak kuat, tetapi ada selang yang menempel di hidung dari ransel yang dia letakkan di sampingnya. Saya terus berpikir, sakit apa gerangan Bapak ini?, ingin rasanya saya bertanya tapi kok tidak terlalu kuat untuk mendekat dan memberanikan diri untuk bertanya kepadanya. Batin saya hanya bisa bergumam, apakah itu alat bantu oksigen?, Nitrogen? atau gas apa gerangan?. Entahlah, saya tidak bisa mengetahui persis. Kejadian itu saya temui lagi ketika sholat Jumat berikutnya, Bapak itu malah sedang berjalan menenteng traveling bag-nya dan akan mencari tempat yang nyaman untuk duduk.

Sekali lagi, saya tidak berani mendekat apalagi bertanya, takut tidak enak dan takut ini-itu. Saya hanya bisa diam membisu seraya memanjatkan SYUKUR 3 LAPIS kepada Allah Sang Khalid. Kenapa saya spontan bersyukur 3 lapis?.

Pertama, karena saya bersyukur masih bisa melihat Bapak itu kuat dan tegar, bahwa Sang Pencipta masih memberinya kekuatan cukup untuk berjalan ke mesjid dan menjalankan ibadah fardu ain sebagaimana layaknya lelaki muslim lainnya, meskipun beliau harus menenteng-nenteng alat pernafasan atau alat pengobatan yang tidak ada pada orang sehat lainnya.

Kedua, karena saya bersyukur bisa diperlihatkan atau dipertemukan dengan Bapak itu, sehingga seharusnya saya lebih termotivasi untuk banyak-banyak bersyukur atas segala kesehatan, keringanan, dan kemudahan-kemudahan yang selama ini diberikan Yang Maha Kuasa kepada saya. Jika saya tidak melihat Bapak tadi, mungkin saja saya masih banyak mengeluh dan mengeluh akan susahnya hidup ini, walaupun pada kenyataannya masih banyak orang yang diuji lebih berat dibandingkan saya.
http://www.blogger.com/img/blank.gif
Ketiga, saya benar-benar bersyukur bahwa saya saat ini masih bisa Jumatan tanpa harus mengenakan selang pernafasan atau selang obat dihidung saya. Betapa besarnya nikmat Tuhan kepada saya dan saya belum bisa membayangkan bagaimana jika seandainya saya dalam posisi seperti Bapak itu, sehari-hari harus menyandang ransel yang berisi obat atau alat bantu pernafasan.

Terima kasih Ya Zat Yang Maha Agung & Maha Pemurah ....


Salam Positif,
Walneg S. Jas-Motivator Keluarga Indonesia
Klik sumber

CARA MEMBUAT SURAT KUASA

SURAT KUASA Oleh : Wasis Priyanto Ditulis saat tugas Di Pengadilan Negeri Ungaran KabSemarang Penggunaan surat kuasa saat in...